WORKSHOP 1 PMW (MINGGU FAEDAH)
“You can never do anything by half. Do you understand that?”-bukan afif
tulisan ini di tulis dengan sadar oleh puti alfath didi sebagai perwakilan anggota kami, mohon maaf bila ada kesalahpahaman dan persepsi yang di akibatkan harga burjo naik ?
Di hari minggu yang harusnya menjadi waktu untuk beristirahat setelah berlelah-lelah enam hari sebelumnya, kami dari kelompok PMW dengan produk Siahaan harus mengikuti workshop. Tidak tanggung-tanggung, kami harus datang pukul 07.00 WIB. Tapi apa daya, kami hanya mahasiswa yang sedang berharap kucuran dana hibah agar dapat membiayai usaha kami. Jika kami tidak datang, dananya bakal batal turun. Yo wess… kami menyemangatkan diri buat dateng.
Kenalin, saya Puti dari Psikologi kebetulan dipaksa Afif & anggit buat gabung PMW (buset, aku tak punya jiwa entrepreneur). Tapi Afif bilang kita bakal bisa saling melengkapi, eaa.. aduh bukan pasangan hidup ya, maksudnya partner business. Ntar calon saya yang di UNPAD marah kan ga enak, hehehe..
Wah ini udah lari kemana lagi coba? Ya intinya kita punya niat baik bergabung di PMW, pertama jujur aja agar kita bisa lebih mandiri dikitlah dari segi finansial. Kita cobain ikut PMW biar bisa jadi entrepreneur yang ngasilin duit dengan cara yang bener dan memberi dampak yang bener lah, gitu..
Pagi sekitar jam 6.45 kira-kira jantung saya kerasa ga enak. Aduh detaknya itu ga stabil. Hayo kira-kira kenapa? Saya ditembak sama cowo? Engga-engga saya udah ga boleh nerima cowo lagi. saya sakit jantung? No, semoga aja ya… Jadi kenapa? Saya masih belum siap untuk pergi ke Auditorium F MIPA UGM. AKhirnya saya mempercepat gerakan hingga terpasanglah semua atribut sehari-hari saya (pakaian). Saya langsung memesan Go-jek walaupun belum memakai sepatu.
Singkat cerita saya sampai di auditorium FMIPA UGM pukul 06.58 kalo ga salah ya. Hari ini ada kabar buruk bahwa ibu salah satu anggota kelompok kami masih sakit, Ibu Anggit. Mari kita doakan agar beliau cepat sembuh, ya… aaamiiin. Nah karena Ibu dari rekan kami anggit sedang sakit, akhirnya Anggit juga tidak dapat hadir pada workshop kali ini. Pada Minggu 9 April 2017 ini, yang mengikuti kegiatan adalah saya Puti dan rekan saya Afif.
Materi pertama disampaikan oleh bapak Amin(heheheeheh),
beliau adalah dosen FEB, lebih spesifiknya beliau mengakar akuntansi. Bapak Amin memberikan materi tentang bagaimana seharusnya wirausahawan itu. Bagaimana apanya? Bagaimana jiwanya, mentalnya, pola pikirnya, ya semuanya lah… tapi engga termasuk bagaimana jodohnya, eaaaa….
Bapak Amin menanyakan kepada kami, apa salah satu ciri-ciri wirausahawan? Waduh, pasti banyak banget kan ya? Ya kami mayoritas hanya diam, beberapa ada yang menyampaikan pendapatnya, jujur, berani, mandiri… wah udah kaya jargon PMW 2017 aja nih… wkwkw
Jadi Bapak Amin menyatakan bahwa salah satu ciri-ciri wirausahawan adalah mampu berpikir out of the box. Seorang wirausahawan harus mampu berpikit diluar dari kebiasaan banyak orang. Jika kami mengolah dengan pemikiran kami, hal ini penting karena dinamika yang akan dihadapi oleh seorang wirausahawan menuntutnya untuk mencari solusi tidak hanya solusi yang mainstream namun juga antimainstream atau unik dan tidak terpikirkan tapi tetap harus rasional dalam artian bukan sihir, hehehe…
Robert Kiyosaki memaparkan 4 cara orang menghasillkan uang.
- Employee
Artinya adalah dengan menjadi seorang pekerja. Kelebihannya adalah apabila menjadi seorang pekerja, maka kita akan mendapatkan penghasilan tetap. Disini Pak Amin menanyakan apakah penghasilan tetap itu baik? Seorang peserta PMW menjawab berpenghasilan tetap tidak buruk, namun yang lebih baik adalah tetap berpenghasilan daripada berpenghasilan tetap.
- Self Employed
Artinya kita memiliki skill untuk dapat mencari penghasilan dengan mandiri. Salah satu contohnya adalah dokter yang dapat membuka praktek.
- Business Owner
Kita yang memiliki system sendiri dan orang yang dipekerjakan. Nah, disinilah kira-kira kami akan berada apabila hendak menjadi wirausahawan.
- Investor
Apabila kita memiliki banyak uang, maka kita dapat menginvestasikannya ke usaha tertentu dan mendapatkan persentase keuntungan sesuai kesepakatan atau ketentuan yang berlaku.
Ada sebuah contoh menarik terkait hal ini. Google yang dahulunya didirikan oleh dua orang mahasiswa, Larry Page dan Sergey Brin ternyata meminta dana dari investor untuk bisnis yang tidak nyata bentuknya dan masih ada didalam pemikiran. Ketika itu investor ternyata mau menginvestasikan uangnya sekitar 1 Milyar dengan persentase yang ia dapatkan hanya 1%. Kemudian, ternyata nilai kapitalisasinya sangat besar,bahkan hingga saat ini dapat mencapai 20.000 kali lipat. Dalam hal ini seorang investor juga sama halnya dengan wirausahawan yang harus berani mengambil resiko, karena apabila usaha tersebut gagal maka ia akan rugi.
Ciri-ciri wirausahawan:
- Menumbuhkan sesuatu dengan keberanian.
- Dunia memang penuh dengan hal yang tidak pasti, oleh karena itu bersahabatlah dengan ketidakpastian.
- Usaha Rill VS Usaha spekulatif
Dalam hal ini usaha rill adalah usaha yanga banyak digeluti oleh teman-teman PMW, bentuk usahanya memiliki fisik nyata, bukan aplikasi maupun program.
Ada 5 D yang menjadi konsep seorang wirausahawan:
- Dream
- Decisiveness
- Doer
- Determination
- Dedication
Dalam berpikir memang baik untuk memilih berpikir positif agar kita tidak berhenti untuk berusaha. Namun jangan sampai pola pikir mempositifkan sesuatu ini malah menjadi penghambat untuk mengoreksi diri dan berkembang. Ketika kita gagal, tidak cukup hanya mengatakan bahwa kegagalan ini adalah kesuksesan yang tertunda lalu mencoba lagi dan gagal kemudian menghibur diri dengan ucapan yang sama. Harus ada koreksi dan evaluasi apa yang menyebabkan kita gagal barulah dicoba lagi.
Hal yang tidak kalah penting adalah menyisihkan rezeki usaha kita untuk jalan yang benar. Memyisihkan bukan berarti memberi sedikit, kita tetap harus berani memberikan uang yang banyak untuk bantuan agar Tuhan percaya untuk menitipkan rezeki kepada kita lagi.
Setelah mendapat materi yang sangat bermanfaat dari Pak Amin, kami mendapat pemateri yang tidak kalah luar biasanya, yaitu Ibu jeyko atau dengan nama asli, Fitri Damayanti Berutu.
(ups bukan yang ini )
(nah itu tuh)
Beliau adalah dosen DEB Sekolah Vokasi UGM. Menamatkan dua gelar sarjana dan satu gelar master dalam waktu 6,5 tahun
Ibu Jeyko menyampaikan materi tentang effective communication. Dalam berbahasa secara efektif kita harus memperhatikan kepada siapa kita berbicara. Kemudian kita juga harus menggunakan bahasa yang dapat memberikan feedback sesuai dengan tujuan kita.
Dalam berkomunikasi ada setidaknya empat jenis:
- Verbal
- Non-verbal
- Written
- Virtual
Dalam berkomunikasi yang efektif juga ada banyak hal yang harus diperhatikan, contohnya
- Sikap dalam berbicara/ berkomunikasi.
- Suasana
Dalam berkomunikasi kita harus melihat bagaimana suasana ketika berkomunikasi. Apakah ketika kita berkomunikasi saat itu denagn kondisi saat itu dapat memberikan feedback sesuai harapan kita? Kondisi atau suasana dapat berupa suhu udara, kondisi emosional orang tersebut, dan lain sebagainya.
- Jump to conclusion
Apabila kita langsung kepada kesimpulan dikhawatirkan lawan bicara tidak memiliki pemahaman yang sama seperti pemahaman yang hendak kita sampaikan kepadanya.
- To much information
- Design and structure
- Over Abstraction
Terlalu banyak abstraksi yang membuat orang sulit memahami apa yang kita maksud secara jelas.
Setelah mendapatkan banyak materi yang sangat bermanfaat, kami menyadari bahwa ternyata menjadi seorang wirausahawan adalah tidak mudah. Tidak hanya bermodal keberanian untuk gagal dan berdarah-darah disana. Kita juga harus memiliki strategi dan skill serta pola pikir yang benar agar ketika menjalankan usaha nantinya darah yang dijatuhkan bisa lebih sedikit. Bahkan jika bisa, biarlahi akhirnya menyadari akan pentingnya agenda inii untuk diikuti. Bukan s hanya keringat yang keluar, jangan ada luka dan darah jika hal itu belum diperlukan. Setelah mengikuti workshop kamekedar untuk memenuhi syarat administrasi agar memperoleh dana, namun juga sebagai bekal agar ketika diberikan dana kami sudah memiliki banyak bekal dan lebih siap dalam mengelolanya dengan baik.
Salam Socioenterpreneurship!
“rugi adalah milik logika, maka dengan bersyukur kita bahagia”
afif(yang ngedit), anggit(yang ibunya lagi sakit 🙁 semoga cepat sembuh), puti(yang nulis)