a little piece memory
“Wajah polosmu dalam kenangan yang tak bisa aku lihat fotonya dalam format jpg atau png”
sebuah cerita nyata yang kini menjadi fiktif….
sebuah kehormatan ketika aku memberanikan tanganku untuk menjabat tanganmu
tangan yang masih teras kelembutannya sampai hari ini
kita berbicara tentang banyak hal, aku dengan kemampuan membualku kamu dengan kepolosanmu
seperti tidak ada jarak antara seorang perantau yang memenangkan pertarungan nasib melawan ratusn ribu pemimpi dengan kamu yang berdiri dan berkoloni dengan anak anak terpilih yang lebih dulu menapakan kaki di tempat kita saat ini
detik yang tak pernah mundur yang kita lewati dengan cerita ber alur mundur
aku dengan masa laluku kamu dengan masa lalumu
“ah” biarkan saja bass dan tenor itu menggelegar, atau bahkan terompet dan bariton yang bersautan dan berirama merdu, aku tetap bisa mendengar suaramu,
menit demi menit mengiringi lamanya cerita kita, ketika para “MABA” lain berdiri untuk menikmati suguhan hari itu
kita dengan nyamannya duduk beralaskan rumput sambil melanjutkan cerita yang tak ingin rasanya aku sudahi
namamu yang panjang langsung bisa ku hafalkan dalam hitungan detik, ta yang menjadi to atau to yang menjadi ta?
panas matahari pagi itu seakan – akan ikut berdamai dengan perasaan bahagia aku yang tak bisa kau ungkapkan.
kita berdua ya, hanya berdua saling bertatap tanpa pernah memalingkan sedikitpun pandangan.
aku menikmati sepotong roti mocca yang kamu gigit tanpa perlu menggigitnya, aku kehilangan dahaga ketika melihatmu meneguk beberapa mill air dari botol berukuran 1,5 liter
gantungan tas coklat yang sampai ini masih aku ingat setiap corak hingga detailnya.
bungkus yang masih utuh itu aku simpan. . manis dan tetap kubawa..
oh… sudah 3 jam rupanya kita hanya duduk ..
astaga sepertinya waktuku tidak banyak? aku harus kembali ke rumahku dihari itu
kamu.. kembalilah ke rumahmu.
kapan kita bertemu lagi? hey .. hey.. hey..